Rabu, 15 Mei 2013

Nightmare Side - 8 September 2011


Kejadian ini aku alami beberapa hari sebelum puasa kemarin. Aku dan sahabatku pergi camping ke suatu daerah di Lembang. Bersama Gio dan Lutvi, kami pergi bertiga. Itung – itung penyegaran setelah kami ujian sidang. Kami berangkat siang hari, agar tidak kemalaman.

Sampai di sana kami membangun tenda. Suasana di sana sangat sepi. Karena mungkin sudah dekat bulan puasa jadi jarang ada yang camping. Di sana kami hanya bertemu satu tenda lain di atas, dan itu pun sudah packing Nampak sudah bersiap – siap pulang. Karena memang kami sudah berniat, kami pun meneruskan untuk camping di sana. Akhirnya sekitar jam 5 sore, kami selesai membangun tenda dan perlengkapan lainnya.

Malam pertama kami benar – benar bersenang – senang, Bernyanyi – nyanyi sambil bermain gitar dan minum.  Akhirnya setelah cukup lelah kami pun tidur. Esok paginya aku bangun dan membersihkan sisa api unggun. Dan membuat api unggun baru untuk memasak makan siang. 

Namun saat aku akan mengambil minyak tanah. Aku melihat di pohon dekat tenda ada bekas telapak tangan. Aku ingat sekali sebelumnya memang tidak ada. Karena tidak berpikiran yang aneh – aneh, aku pun menghiraukannya. 

Sampai sekitar jam 4 sore, entah kenapa aku mulai merasa tak nyaman. Aku merasa kalau sore itu berbeda sekali suasananya dengan sore kemarin. Suasana saat itu sepi sekali. Bahkan tidak ada suara binatang satu pun. Hanya ada suara daun – daun pohon yang tergesek karena ditiup angin.

Setelah maghrib suasana menjadi tambah seram. Kali ini sesekali bunyi lolongan anjing terdengar di sekitar. Saat itu kami tak banyak bertingkah. Karena suasana di sana pun Nampak sangat tidak bersahabat. Dan Lutvi saat itu mulai bertingkah aneh. Ia menyilangkan kedua tangannya sambil memegang bahu dan matanya menatap kosong. Dia menggigil kedinginan.

“Vi. Vi kenapa Lo, Vi? Vi..?” Lutvi pun tak menjawab. Akhirnya aku membawa Lutvi masuk ke tenda agar terasa hangat. 

Aku melihat di luar Gio temanku yang satu lagi sedang beres – beres. Tingkahnya pun tampak aneh. Ia menyimpan panci yang berisi bubur kacang sisa makan malam tadi, lalu ia berjalan menunduk tanpa melihatku masuk ke dalam tenda. Aneh! aku duduk di depan api unggun. Sambil membereskan piring sisa makan malam dan ketika itu…..

DUUUGG…..

“Aduh…..” aku berteriak. Ada seseorang yang melemparku dengan batu. Spontan aku langsung melihat ke belakang. Tidak ada siapa – siapa! Namun,, Astaga!! Sepertinya ada seseorang di sekitar sini. Seseorang yang sedang memperhatikan kami sejak kemarin. Aku mengambil senter dan mencoba menerawang ke sekitaran dengan senterku. Perlahan aku melihat batang – batang pohon tua juga rumput semak belukar. Dan….. ketika lampu senterku mengarah ke arah hutan depan tendaku,

“Ahh..!!” Tak sengaja lampu senterku menyorot seorang wanita yang mengintip dari balik pohon. Aku langsung membanting senterku dan bergegas masuk ke tenda. “Astaga! Itu apa? Siapa?” Aku langsung menutup rapat – rapat tendaku. Aku lihat Lutvi masih terbaring menggigil. Dan kali ini kulihat Gio duduk bersila sambil kedua tangannya memegangi kedua perutnya. Mulutnya berkomat – kamit. Seperti sedang membaca doa. Dan wajahnya terlihat sangat pucat.

Astaga! Bola mata Gio tiba – tiba saja melihat ke arahku. Dan dengan berbisik dia bilang kepadaku, “Ssssstt.. dengar suara lonceng gak? Dengar suara lonceng gak kamu..??”

“Lonceng?” Aku heran. Aku merasa tidak mendengar apa – apa. Kami pun sunyi sejenak untuk mencari suara yang Gio maksud.

Dan……….

TENG…..!! TENG…..!! TENG…..!!

Ah, benar! Dari jauh sayup – sayup terdengar suara lonceng. Mirip seperti suara lonceng delman. Suara itu mulai terdengar seperti semakin mendekat. Semakin mendekat….. Makin dekat….. Sampai suara langkah kaki kudanya pun ikut terdengar. 

Aku dan Gio mulai panik. Kami ketakutan. Tapi karena penasaran aku mengintip ke arah luar dari celah – celah tenda. Suasana di luar sangat gelap gulita. “Dan….. dari jauh aku melihat cahaya kuning datang mendekat sejalan dengan suara lonceng dan kaki kuda yang semakin keras.” Karena ketakutan aku langsung menutup lagi tendanya.

Dan suasana kini berubah drastic ketika….. “Ya Tuhan..!!” aku dikagetkan oleh suara Lutvi yang tiba – tiba saja berteriak. Dia berteriak dengan bahasa sunda, namun tidak jelas. Kami mencoba membangunkannya. Tapi dia tetap saja seperti itu, dan malah semakin keras. Dia berteriak – teriak seperti sedang kesurupan! Dan kami pun baru sadar kalau lonceng kuda itu kini terdengar tepat di depan tenda kami. Karena kami melihat ada cahaya kuning tepat di depan tenda kami. Semakin terdengar sangat jelas lonceng itu semakin keras pula suara Lutvi berteriak.

Aku berusaha memanggil Lutvi, sambil berusaha menyadarkannya.  Gio pun juga membantuku. Dan tiba – tiba….. Aahhh… sebuah angin yang sangat besar menghembuskan tenda kami. Sampai – sampai tenda kami hampir terbalik. Dan ketika angin itu lewat, seketika suara itu pun lenyap. Suara teriakan Lutvi kini terhenti. Aku dan Gio menghela nafas panjang. Berharap kejadian ini berhenti sampai di sini. Kami hanya bisa berdoa hingga menunggu pagi. Aku tidak berani keluar. Di luar sangat gelap sekali. Sampai tidak terasa sekarang sudah melewati tengah malam. Tiba – tiba terdengar….. suara mobil. Aku memberanikan diri melihat ke luar. Dan aku melihat sebuah cahaya dari mobil yang berhenti di seberang hutan. Reflek aku langsung berlari mendekati mobil itu, meninggalkan Gio dan Lutvi. 

Ternyata itu kakaknya Lutvi, sekaligus kembarannya Lutvi. Katanya ia mempunyai perasaan yang tidak enak. Dan akhirnya menyusul kami. Selagi kakaknya Lutvi memutarkan mobil. Aku kembali ke tenda untuk mengajak Gio dan Lutvi. 

“Gi, ayo Gi! Itu kakaknya Lutvi. Buruan!” tapi,, tidak ada jawaban dari Gio. Perlahan saat aku lihat ke dalam tenda. “Astaga!” Yang kulihat di dalam tenda kini….. kulihat ada 3 orang! Gio, Lutvi, dan….. satu orang lagi seorang wanita! Duduk sambil memegangi Lutvi.

Aku langsung menarik Gio dan Lutvi ke luar dari tenda. Tak lama kakak Lutvi datang membantu dan kami pun berhasil sampai di mobil. Hingga akhirnya aku tak ingat berapa lama perjalanan itu. Dan akhirnya kami sampai di rumah Lutvi. Dan memutuskan untuk beristirahat bermalam di sana. 

Esok harinya kami berkumpul. Lutvi Nampak sudah sadar. Dan kami pun saling bercerita. Ternyata pada malam pertama kita sedang bernyanyi – nyanyi, Lutvi melihat seorang wanita dengan tubuh yang tidak professional. Kaki dan tangannya panjang, Memanjat turun dari salah satu pohon. Setelah melihat itu ia tidak menceritakannya padaku. Sampai di malam berikutnya ia melihat lagi. Dan ketika itu badannya kaku. Sampai akhirnya ia di bawa melayang oleh makhluk itu. Dan kembaran Lutvi melihat hal yang sama seperti yang dialami Lutvi. Namun di dalam mimpi. Maka dari itu ia datang menyusul.

Dan aku baru sadar. Dan terjelaskanlah telapak tangan yang ada di pohon itu. Lain lagi yang dilihat Gio. Ia melihat sebuah kereta kencana dengan kuda mondar – mandir di sekitaran tenda. Yang akhirnya aku pun mendengarnya. Menurut Gio sampai kita di dalam mobil pulang menuju rumah Lutvi, ia masih melihat kereta kencana itu masih mengikuti kami. Dan menghilang sampai di jalan yang agak ramai. 

Setelah kejadian itu aku selalu berpikir, di tempat sesepi apapun kita itu tidak pernah sendiri.

Next home
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...